Pertanyaan di atas sering diungkapkan bagi yang berminat sekolah di luar negeri tapi hanya memiliki biaya yang terbatas. Jawaban yang saya berikan adalah: tergantung, tergantung jenjang pendidikan yang ditempuh dan tergantung di negara mana yang bersangkutan akan melanjutkan pendidikan.
Berdasarkan pengalaman, ada dua syarat utama untuk memperoleh pekerjaan di negara yang baru, yaitu kemampuan berbahasa lokal dan pengalaman kerja. Dalam pandangan saya, tidak ada salahnya untuk bekerja sambil kuliah. Beasiswa saya sebenarnya lebih dari cukup untuk kebutuhan setiap bulan, apalagi tuition fee juga sudah termasuk dalam biaya yang ditanggung oleh beasiswa. Namun, saya tetap memutuskan untuk bekerja, bahkan sejak tahun pertama perkuliahan. Alasan utama saya untuk bekerja sambil kuliah adalah untuk mem-polish CV saya.
Pengalaman bekerja di luar negeri, sesingkat apapun, secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dimanapun kita berada. Kebetulan saat awal-awal memulai studi S3, saya ditawari untuk membantu mengajar mahasiswa S1. Saya dipercaya untuk melakukan hal di atas karena kemampuan bahasa Inggris verbal saya dianggap cukup bagus. Selain membantu mengajar, saya juga berinisiatif untuk ikut kegiatan volunteering di sekolah setempat melalui website yang memberikan informasi mengenai lowongan sebagai volunteer. Lagi-lagi faktor bahasa sangat penting karena volunteering yang saya ambil adalah program pendampingan untuk orang-orang dewasa belajar matematika dasar. Volunteering? Itu kan tidak dibayar?
Memang benar untuk kegiatan volunteering saya tidak mendapatkan bayaran apapun. Tapi, tanpa volunteering, sangatlah sulit untuk mendapatkan pekerjaan formal jika kita tidak punya background pendidikan dari negara yang bersangkutan ataupun pengalaman pekerjaan dari negara yang bersangkutan. Persis seperti mana yang ada lebih dahulu: telur atau ayam? Melalui volunteering kita bisa mendapatkan pengalaman kerja tanpa harus melewati proses seleksi yang rumit. Kegiatan membantu mengajar mahasiswa S1 hanya saya lakukan dua jam dalam satu minggu, itupun hanya selama term-time (kurang lebih 3 atau 4 bulan dalam setahun).
Sedangkan aktifitas volunteering saya lakukan selama 2 jam tiap minggu selama kurang lebih 8 bulan. Dari kegiatan volunteering tersebut, saya berhasil mendapatkan pekerjaan part time di sekolah tersebut. Gajinya lumayan, sekitar 120 ribu per jam dan pekerjaannyapun lumayan mudah yaitu memberikan bantruan ekstra di dalam kelas untuk siswa-siswa (usia 15 sampai usia dewasa) yang membutuhkan. Rata-rata saya hanya perlu mengerti tugas yang diberikan oleh si guru dan membantu si siswa untuk membantu menyelesaikan tugas tersebut (membantu bukan berarti kita yang mengerjakan tugas tersebut!). Banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang bekerja part time di bidang kerja informal. Misalnya sebagai tukang bersih-bersih di kampus, pekerja swalayan, pekerja restoran dan lain sebagainya. Untuk jenis pekerjaan ini, biasanya tidak diperlukan pengalaman terlebih dahulu. Sepengetahuan saya, pekerjaan-pekerjaan di atas lumayan melelahkan dan gajinyapun tidak seberapa. Ada beberapa teman-teman yang mengambil jalur ini, yaitu bekerja sebagai tukang bersih-bersih kampus. Keluh kesah utamanya adalah mereka harus bangun pagi-pagi sekali (bahkan saat musim dingin) karena mereka harus berada di tempat kerja sebelum jam 5/6 pagi. Yang saya ceritakan di atas adalah kerja sambil kuliah untuk mahasiswa S3.
Nah, untuk mahasiswa S2 bagaimana? Program S2 biasanya lumayan padat, selain ada perkuliahan juga banyak tugas-tugas yang diberikan. Tanpa kerja sampingan pun, sudah lumayan sibuknya. Sebaiknya bekerja sambil kuliah untuk mahasiswa S2 dihindari. Alih-alih dapat uang tambahan, studi bisa-bisa terancam tidak kelar!
Sumber: http://www.kompasiana.com/akademisiana/kuliah-sambil-bekerja-di-luar-negeri-mungkin-nggak-sih_552df4c86ea83424028b4580
Tidak ada komentar:
Posting Komentar