Blogger Widgets Mari Berbagi Kisah Sukses Inspirasi Motivasi

Senin, 13 Juni 2016

Koki dan Penjual Combro


Aku adalah seorang asisten koki dari sebuah restoran ternama,keseharianku berkutat dengan perabotan masak dan aneka bumbu serta bahan dasar sebuah hidangan kelas tinggi dengan harga selangit,yah ini adalah duniaku,dunia kuliner yang begitu mempesonaku,setiap warna serta aroma yang kerap ditimbulkan sukses memikat dan menggugah selera makan setiap orang yang singgah ,hampir semua hidangan yang kusuguhkan selalu membuat lidah orang ketagihan,air liur mereka seakan tak henti hentinya diproduksi hanya untuk menelan sesuap masakanku ini.Tak peduli berapa uang yang telah mereka habiskan,berapa kalori serta kadar gula yang mereka timbun,mereka tetap saja pasrah dengan godaan kreasiku.

Meskipun aku hanya asisten namun bisa dibilang aku sudah layak menyandang gelar sebagai koki profesional,itu karena koki utama yang juga papaku sendiri selalu menggemblengku dengan serius,dari SMP aku terbiasa mengolah aneka makanan sendiri,bisa dibayangkan,berapa kali tanganku memasak,berapa kali lidahku mengicip makanan ?puluhan atau jutaan kali.Gagal?sudah sering,namun itu dulu,papaku orangnya tegas,dan sangat memegang teguh namanya kesempurnaan,apalagi dari sebuah hasil akhir suatu makanan,kalau menurut dia harus enak,ya harus sempurna enaknya,kalau dia bilang harus enak namun aku membuat masakanku sedikit saja kurang garam atau sebaliknya,maka aku harus mengulangnya tanpa harus istirahat.

well,inilah hasilnya,dengan disiplin dan tekanan,aku bisa menjadi cheff handal,aneka resep dari belahan dunia hafal diluar kepala.indonesia,korea,jepang,asal ada bahan aku bisa membuatnya,atau hanya sekedar kreasi makanan akupun juga terlampau handal.Walau demikian ,aku malas mengikuti ajang kompetisi,bagiku itu buang buang waktu,lebih baik aku praktek atau kursus diluar negeri dengan mentor yang sudah mumpuni dibidangnya,dari pada sekedar nampang di televisi.

umurku sudah 23 tahun dan merupakan anak laki laki pewaris sah dan tunggal dari semua total kekayaan papaku.Restoran tempat dia memasak juga milik kami,karena kecintaan papa yang begitu besar didunia kuliner yang membuat beliau tetap mempertahankan posisi menjadi koki disini.Dan sepertinya nalurinya itu tertular padaku,yang memang aku kecanduan dalam bidang ini.


,"duh ,ga ada tempat nongkrong laen ya selain disini,"kataku pedas pada Yoga teman seangkatan yang merekomendasikan sebuah kafe kecil dengan ornamen yang hanya lampu kerlap kelip dimana mana,dan parkir semrawut serta dekorasi seperti kelas SMA ku jaman dulu,perabot murah serta polusi dimana mana.
,"yah,maklum sob namanya juga kafe murah dan menyesuaikan anak kampus,jadi ya kek gini bentuknya,tapi oke juga ,lo aja yang terlalu sering dengan dunia ala kerajaan ,jadi canggung dengan hal semacem gini,"
,"ow begitu,kalau lo bingung masalah rupiah,biar gue yang bayar ,"
,"hahaha,,duh sop sop,,gue tahu lo kaya keless,tapi kalau cuman makan saja gue bisa gantian bayarin,bukan ngandelin lo terus,"
,"terus kenapa lo ngajak gue kesini?,nglamar kerja?,"kataku sambil mengambil tisu ditengah meja lalu menyapukan permukaan ke meja yang debunya hampir sama tebalnya kaya buku resep masakan yang aku baca semalem.

,"cewek gue kerja disini,dan gue pengen ngapelin dia,soalnya entar malem kita kan mau ada acara dugem,cewek gue ga mau diajak,"
,"kalau dia kerja,mana bisa disebut ngapel dodol,lo mau cewek lo dipecat terus gue yang tanggung jawab,"
,"tenang ,bentar lagi dia out kok,shif pagi udah kelar,langsung gue suruh kedepan nemenin kita makan,"
,"obat nyamuk gue rasanya,awas ya kalau cewek lo naksir gue,"
,"pisss men,tenang dia bukan tipe lo kok,"


20 menit kemudian
,"lama banget cewek lo,bisa bisa gue asma tahu ga duduk lama lama dengan atmosfir kek gini,"
,"iya bentar,minuman lo juga belum lo minum ,"
,"udah tadi cuman seukuran ludah gue,"

,"maaf sayank nunggu lama ya,"kata seorang gadis tiba tiba dari arah samping,mengenakan jaket merah,rambut yang masih terurai ,lumayan manis dengan tahi lalat di dagunya,dan memang benar dia bukan tipeku,tahu kenapa karena aku tidak suka cewek tapi suka cowok.jangan dibahas, itu untuk kisah yang lain saja.
,"iya gak papa yank,eh tumben lama,"
,"iya ini tadi lagi ada rapat bentar,dan ni aku beli sesuatu buat kamu dan temenmu,"kata gadis itu yang entah namanya siapa kami belum diperkenalkan,tangan kanannya menjulur menaruh sesuatu yang terbungkus plastik hitam ke tengah meja.

,"oh iya,kenalin ini temen aku,namanya Alex,ALex ini Nadia cewek gue,yang sudah kita tunggu tunggu kedatangannya,"

,"lo kali yang nunggu bukan gue,"jawabku sambil melemparkan senyum setengah terpaksa pada pemuda sok ini,duh walau dia ngeselin tapi dia sahabatku yang paling lama bertahan dengan sifatku yang yah,bisa dibilang agak menakutkan ini.
,"apa ini yank,ohh,combro ya,dapet dari mana?emang dikafemu ada ya menu kek gini?,"kata Yoga sambil membuka bungkus plastik itu yang terdiri dari sepuluh buah combro
,"itu aku beli dari ibu warsi yank,ibu ibu yang sering menjajakan combro keliling meja di kafe ini,kasian deh udah tua,aku beli aja,"kata Nadia yang lalu mengambil combro dan digigitnya sekali.

,"lex cobain deh makanan tradisional,enak loh,"
,"enggak ah makasih,berminyak,dan ga tahu gimana masaknya,takut sakit perut,"

entah bagaimana Yoga berani sekali hari ini padaku,diambilnya combro dari bungkusan itu lalu disuapkan padaku,aku menolehkan wajahku kekiri menangkis suapannya namun dia memaksa,menahan pipiku dengan telapak tangannya dan mencoba kembali menyuapkan makanan yang terbuat dari singkong itu.Nadia cekikikan melihat ulah kekasihnya


,"yoga apaan sih,,iya gue makan,tapi kalo gue kenapa napa lo gue tuntut atas pasal percobaan pembunuhan
,"siap boss,saya akan menyerahkan diri kepihak yang berwajib,"

Kafe ini bukan hanya kampungan tapi mengijinkan pedagang asongan menjajakan jajanan didalam area,duh menyedihkan sekali managemen disini.
Dan apa ini?cuihh puih pui,aku melepeh combro yang sudah kugigit dan kutelan sedikit,
,"kenapa lex?,"tanya Yoga yang masih mengunyah combronya
,"makanan apa ini?berminyak sekali,tengik hambar dan astaga,ini buat manusia?serius?ada yang mau makan kek gini,yang buat pasti dari kalangan lelembut yang ga pernah masak deh,jorok banget,pasti pake minyak sisa,dan bahan bahan yang ga layak dikonsumsi,"aku murka

Nadia menyikut lengan Yoga dan matanya mengisyaratkan untuk melihat sesuatu,lebih tepatnya,seseorang yang dibelakangku hendak menjajakan combro,ya dialah sipelaku yang membuat kerongkonganku sengsara,ibu Warsi perempuan kumel dengan baju yang lusuh,muka banyak keriput dengan celana panjang kain hitam yang tak kalah kusut seperti wajahnya.ditangan kirinya memegang ember plastik dengan banyak sekali kue combro.
,"lex jangan keras keras,"
,"biarin,biar yang bikin ini denger,biar jadi bahan koreksi bahwa makanan yang dibuatnya itu ga enak dan ga pantes buat dijual,mau jadi apa coba kalau manusia indonesia tetep saja ga mau dikritik,gimana mau maju,ini fakta kok,"aku malah sengaja mengeraskan suaraku,memang sudah tahu bahwa ibu Warsi ada dibelakangku agar tahu rasa dia.

Aku melirik kearah belakang,melihat sosoknya berlalu,dengan langkah sedang dia kembali menjajakan combronya ke pejalan kaki yang dilewatinya serta pengendara motor yang sedang berhenti,namun tak satupun yang sudi membelinya.
,"tu kan bener ga ada satupun orang yang mau membeli makanan busuk ini,"
Aku tak memperhatikan wajah Nadia yang tanpa sadar aku juga menyinggungnya karena dia yang membeli.

****************
malam telah larut aku mengantar pulang satu demi satu temenku pulang,memang aku tak hoby dugem,tapi demi bersosialisasi tak apalah,lagipula aku tak meminum minuman beralkohol,aku anti minuman itu,semua temanku tahu dan tak ada yang mempermasalahkan.sendirian dalam mobil merupakan hal biasa,hanya iringan musik klasik yang mengikis sunyi,walau tengah malam,jalanan masih tidak bisa dibilang sepi,masih ada mobil atau motoor yang berseliweran,ada juga yang parkir hanya untuk bercumbu dengan pasangannya.duh..anak yang ga punya duit, dimana mana bisa,itu pikirku.

,"lewat kafe ini lagi ",gumamku yang memang melewati kafe tempat dimana Nadia kekasih yoga bekerja.
selang limaratus meter aku melihat sosok aneh,sosok yang sepertinya aku ingat pernah ketemu dimana ya.tangan kiri membawa ember,dengan rambut acak adul
,"si penjual combro ternyata ,"



iya,ibu Warsi yang kulihat saat ini.ngapain juga malam malam begini masih gentayangan,mana ada yang mau beli makanan yang mungkin sudah kadaluarsa itu.dasar,ga punya cita rasa.Itulah kalau mencoba didunia kuliner tapi tidak mau jeli dalam mengolah makanan,maunya cepet jadi dan dapet uang.
Dari belakang ibu tua itu terlihat berhenti dan duduk ditrotoar yang sudah tidak ada pejalan kaki yang menggunakan.Aku melewatinya begitu saja,sempat kulirik kedalam ember dagangannya,tak susah mengingat kacaku begitu bening ,rajin kubersihkan,dan benar saja,dagangannya masih utuh tak jauh beda dari kondisi tadi siang,pelan pelan aku melihat ibu Warsi dari spion,dia mengurut kedua kakinya,serta mengelap wajahnya yang lusuh.

oh tuhan kenapa aku jadi simpati begini.sial,jangan bilang aku kasian.

Aku menghentikan mobilku ,dan memandang kaca persegi dalam mobilku,wanita combro itu terlihat bangkit dan melanjutkan perjalanan,langkahnya sedikit letih tidak seperti tadi,tak seberapa jauh dia kemudia belok,masuk ke dalam gang kecil,dan anehnya aku begitu berhasrat untuk mengikutinya,walau terpaksa jalan kaki,entah ini merupakan dorongan keingin tahuan atau apa.

gang yang hanya berukuran tiga meter ,penuh berhimpit himpitan dengan rumah rumah penduduk.jauh didepan ternyata masih ada rumah yang buka,bukan rumah tapi warung kopi dengan tulisan buka 24 jam,ada tiga orang bapak bapak yang asyik ngobrol sambil meneguk kopi,ada suara musik dangdut dari radio kecil yang diletakkan disamping salah satu diantara mereka.Warung itu sepertinya juga menjual aneka kebutuhan pokok seperti beras,bumbu obat dan lain lain.


Ibu penjual combro berhenti didepan warung dan mengatakan sesuatu ,namun aku tak mendengar apapun,sedikit lebih mendekat supaya lebih jelas kurasa.
,"enak saja kamu ini warsi,hutang lagi hutang lagi,yang tiga bulan lalu saja belum kamu bayar sekarang hutang lagi,emang kamu dagang dari pagi sampai tengah malam begini ga ada yang beli?jangan bohong itu alasan saja,paling kamu males keliling dan males malesan,enggak enggak,engga ada beras lagi,bisa bisa aku rugi ,ini warung hei Warsi bukan balai zakat,kalau mau gratis jadi pengemis sana,"bentak seorang ibu gendut dengan rambut keriting diikat karet.
Ibu Warsi hanya menunduk,sesekali tangannya mengusap wajahnya yang mungkin adalah air matanya.
Hatiku sedikit berdesir,tiba tiba aku teringat aku juga berkata kasar tadi siang,apakah seperti ini jika dilihat dari sudut pandang lain.Lalu aku kembali membuntuti Ibu Warsi,menuju jauh kedalam gang,banyak nyamuk yang menabrak kulitku namun aku abaikan.


,"emak,emak sudah pulang,"sambut suara bocah laki laki dengan kaki kecil sebelah yang kuduga terkena polio,tangan kecilnya membuka pintu untuk emaknya yaitu ibu Warsi
,"iya nak ibu sudah pulang,"
,"aku laper mak,emak bawa nasi goreng gak mak,"

aku hanya mendengar suara mereka dari samping rumah yang mungkin lebih cocok disebut gubuk,dindingnya dari seng bekas yang berlubang kecil kecil dan sudah karatan.
,"emak ga ada uang nak,ini dagangan ga laku,besok saja emak ga tahu bisa dagang apa enggak,kita puasa dulu ya,"
,"emak gitu,aku kan laper mak dari pagi cuman minum air putih saja,kenapa ga laku mak,emak ga keliling ya,kenapa mak,"
,"dagangan emak ga enak nak,ga ada yang suka,tadi di kafe combro emak dilepeh dan dikatain ga enak,jadi ga ada yang mau beli,"
,"emak sih ga mau biki yang enak,jadinya ga laku,buat yang enak dong mak,"
,"emak ga punya uang nak,emak harus bisa bikin combro seadanya saja,ini juga hasil ngutang,dan kita tak boleh ngutang lagi,utang mak sudah banyak.



aku tak tahan mendengar percakapan itu,aku langsung berjalan cepat menuju mobil,sesuatu yang bening mengalir begitu saja kepipiku,betapa jahatnya aku,hinalah aku yang menjelekkan karya seorang ibu yang berniat membelikan makanan untuk anaknya,betapa tak tahu dirinya aku tadi,keparatnya orang seperti ku yang menilai semua dari apa yang kurasakan,aku menghina makananya,yang jadi harapan satu satunya dia menyambung hidup,aku mengolok olok makanan buatannya yang merupakan tumpuan hanya ingin mengenyangkan perut anaknya,aku mengkritik semua kejelekkan yang ada pada makanan yang dibuatnya tanpa mengetahui apa yang membuat dia harus melakukan itu,
karena tidak punya uang,yah..bukankah ini sama,seorang koki hebat sepertiku jika tidak ada bahan makanan ,bisa apa?

sesampainya dimobil aku langsung tancap gas putar putar jalanan untuk mencari makanan,kudengar tadi si anak ibu Warsi menginginkan nasi goreng,tapi jalanan sudah sepi hampir jarang yang masih menjual makanan,setelah seperempat jam akhirnya kutemukan juga,penjual nasi goreng keliling.

setelah memesan dua porsi aku pergi ke mini market yang buka dua puluh empat jam,aku membeli susu,mie instan,beras,camilan air putih dan banyak yang sekiranya dibutuhkan,tak kuhitung berapa tagihannya,aku langsung membayarnya dengan kartu debit,masuk mobil lalu kembali ketempat tadi.
setelah memarkirkan mobil aku kembali memasukki gang tempat aku membuntuti ibu Warsi,tapi aku berhenti sejenak diwarung yang tadi sempat memaki ibu Warsi

,"maaf bu,saya saudaranya ibu warsi,saya dengar ibu Warsi punya hutang,berapa hutangnya biar saya yang melunasi,"

,"oh alhamdulilah akhirnya ada yang ngelunasi,iya den totalnya tiga juta,"

setelah memberikan uang tiga juta aku langsung menuju pondok ibu warsi,kupercepat langkahku.dan benar sebentar saja aku sudah kembali ketempat tadi.
kutarik nafas dalam,lalu

thok thok thok thok
,"iya siapa,"
,"saya bu,"
,"siapa ya,"
cekrekkkkkk,,pintu dibuka,sambil berusaha mengumpulkan pandangan ibu tua itu tidak mengenaliku

,"saya alex bu,tadi temen saya beli combro ibi di kafe depan,"
,"oh iya den,maafin ibu ya,combro ibu endak enak,"


aku memalingkan wajah,air mataku jatuh lagi mengingat aku yang tadi siang menghancurkan perasaannya.
,"engga apa apa buk,ini ada sedikit sesuatu buat ibu dan anak ibu,mohon diterima ya,"
,"oalah apa ini den,ga usah repot repot,"
,"terima saja bu,saya memaksa ibu menerimanya,"
,"banyak sekali den,ya allah gusti,"air matanya deras mengucur,membasahi kulit keriputnya

,"ini ada nasi goreng buat ibu dan anak ibu,bangunkan dia, kasihan lapar pastinya,"
mereka makan dengan lahap,terutama Anto,nama bocah itu,hanya dengan nasi goreng sederhana dia bisa sebahagia itu,nanar wajahnya mengisyaratkan bahwa ini adalah yang ditunggunya,polos sekali,aku bahkan sudah ga selera lagi dengan nasi goreng.
ibu Warsi masih terus menangis mengucap syukur sambil menelan suapan demi suapan nasi goreng.tangisannya semakin keras saat dia tahu bahwa aku melunasi semua hutangnya.
,"ibu,maafkan kata kata saya tadi siang ya,saya begitu menyesal dengan apa yang saya ucapkan,saya tak mengerti tentang keadaan seperti ini sebelumnya,saya terlahir di kehidupan kaya yang hampir semua apa yang saya inginkan saya peroleh,saya tak pernah mengalami yang namanya kelaparan,dengan bertemu ibu saya jadi lebih mensyukuri apa yang tuhan berikan untuk saya,tolong terima ini bu,sedikit uang untuk menyambung hidup ibu dan Anto untuk beberapa hari kedepan,saya juga akan ajarkan ibu buat makanan enak,dengan bahan bahan yang tidak perlu ngutang lagi,saya akan kirim rutin bu,"
,"ya allah gusti terima kasih,"ibu Warsi bersujut menangis tersedu,pemandangan ini membiusku untuk ikut larut dalam tangisan,bahkan si kecil Anto juga melakukan hal yang sama.dadaku lega ,entah kenapa,aku menangis tapi aku juga senang,ada energi apa ini menyelimuti ujung kepala sampai kaki,menggetarkan seluruh pembuluh darahku.


***********
pertemuan dengan bu Warsi penjual combro keliling membuka mata hatiku,melihat sesuatu harus dari sumbernya,tidak adil kita harus menilai sesuatu hanya melihat sekilas,enak dan ga enak sesuatu hal itu kadang bukan karena pelaku yang sengaja,namun karena keadaan yang membuat dia melakukan hal itu,kehidupan bu Warsi tidak seperti dulu,dia ternyata punya passion kuat juga dalam makanan,buktinya cepat menguasai masakan yang kuajarkan,dulu hanya combro,namun sekarang coba mampir ke kios kecilnya yang kusewakan untuk dia,ada combro aneka rasa didalamnya,nangka,keju coklat,dan masakan tradisional lain yang sudah kumodifikasi,dulu harganya cuman 1.000 sekarang,aku membuat satu paket seharga 12.000.sudah banyak pelanggan yang ketagihan melahap olahan bu Warsi,dia ga perlu keliling lagi karena pembeli sudah antri mendatanginya,semua ini juga berkat temen temen di media sosial yang berantai melakukan promosi melalui akun mereka.Bu Warsi sekarang tidak kelihatan kusam,dia sudah bisa menata diri,karena aku bilang bahwa seorang penjual harus rapi,walau tidak cantik asal rapi dan enak dipandang,wajah yang dulu muram,sekarang selalu dihiasi senyuman,Anto sang anak,tidak pernah kelaparan lagi,aku bilang ke dia,"anto harus sekolah,harus pinter,kalau sudah besar nanti bantu kakak ya kelola restoran biar ibu ga capek,"
tahu ga dia jawab apa

,"wah maaf ka,kalau Anto sudah gede nanti pasti Anto bakal sibuk ngelola restoran sendiri,karena pasti ibu sudah punya rumah makan segedhe punya kakak,"
,"oh iya ya kamu bener juga,hahahaha,"aku tertawa karena memang benar,suatu saat pasti usaha ibu Warsi akan berkembang,dan jadi sebesar restoranku,tidak ada yang mustahil jika tuhan menghendaki.

Terima kasih tuhan atas apa yang kau karuniakan kepadaku,kesehatan keahlian,orang orang yang baik serta apapun yang memudahkanku dalam mencapai semua ini,mungkin aku hanya mampu membantu orang sebatas ini,namun semoga diluar sana ada orang yang engkau buka hatinya untuk saling membantu sesama,walau hanya sekedar menjadi pembeli namun itu akan sangat berarti buat seorang pejuang seperti bu Warsi.

Sumber: http://ceritaceritamisteriku.blogspot.co.id/2016/03/koki-dan-penjual-combro.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar