Blogger Widgets Mari Berbagi Kisah Sukses Inspirasi Motivasi

Minggu, 08 Mei 2016

Cut Meutia, Mutiara Dari Perlak Aceh

Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus. Suasana perang itu mempengaruhi perjalanan hidupnya selanjutnya. Waktu masih kecil, ia dipertunangkan dengan Teuku Syam Syarif, tetapi ia lebih tertarik kepada Teuku Muhammad. Akhirnya, keduanya menikah. Teuku Muhammad adalah seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong.

Sekitar tahun 1900 pejuang-pejuang Aceh sudah banyak yang tewas. Gerakan pasukan Belanda sudah sampai ke daerah pedalaman Aceh. Cut Nyak Meutia bersama suaminya memimpin perjuangan gerilya di daerah Pasai. Berkali-kali pasuka mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Markas Belanda di Idie pernah pula diserang. Melalui pihak keluarga, Belanda berusaha membujuk supaya Meutia menyerahkan diri kepada Pemerintah Belanda. Tetapi bujukan itu tidak berhasil. Ia termasuk pejuang yang pantang tunduk.
Pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman tembak. Sesuai pesan suaminya, Meutia kemudian kawin dengan Pang Nangru, seorang teman akrab dan kepercayaan Teuku Cik Tunong. Bersama suaminya yang baru itu, ia melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Karena kepungan Belanda semakin ketat, mereka masuk lebih jauh ke rimba Pasai, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindarkan diri agar jangan sampai tertangkap.
Pada bulan September 1910 Pang Nangru tewas dalam pertempuran di Paya Cicem. Cut Meutia masih dapat meloloskan diri. Beberapa orang teman Pang Nangru kemudian menyerahkan diri kepada Belanda. Meutia dibujuk supaya menyerah pula, tetapi ia tetap menolak. Dengan seorang anaknya berumur sebelas tahun, bernama Raja Sabil, ia berpindah-pindah di pedalaman rimba Pasai. Tempat persembunyiannya akhirnya diketahui juga oleh pasukan Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1910 tempat itu mereka kepung. Cut Nyak Meutia mengadakan perlawanan dengan mengunakan sebilah rencong. Tiga orang tentara Belanda melepaskan tembakan. Sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah mengenai dadanya. Ia gugur pada saat itu juga. Cut NYak Meutia dikukuhkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tanggal 2 Mei 1964, dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 107 Tahun 1964.
Sumber: https://albumpahlawanbangsa.wordpress.com/2012/08/03/cut-nyak-meutia-1870-1910-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar